Powered by Blogger.
Home » » Prinsip Bimbingan dan Konseling di MI - SD

Prinsip Bimbingan dan Konseling di MI - SD

Written By Unknown on Wednesday, 2 March 2016 | 18:43:00


Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan, terdapat beberapa prinsip bimbingan sebagaipijakan bertindak. Paryitno (l998 : 27) menjabarkan prinsip pelaksanaan bimbingan berkaitan dengan sasaran layanan, permasalahan individu, program layanan, tujuan dan pelaksanaan adalah sebagaiberikut ini:
a.         Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan sasaran layanan, yaitu :
1)        Bimbingan melayanisemua individu (peserta didik) tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi;
2)        Bimbingan berurusan dengan pribadidan tingkah laku yang unik dan dinamis;
3)        Bimbingan memberikan perhatian sepenuhnya tahapan dan aspek perkembangan individu (peserta didik);
4)        Bimbingan memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu (peserta didik) yang menjadi orientasi pokok pelayanan.
b.        Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan permasalahan individu (peserta didik), yaitu :
1)        Bimbingan berkaitan dengan sesuatu yang menyangkut pengaruh kondisimental/ sehat individu terhadap penyesuaian dirinya baik dirumah, sekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, juga pengaruh sebaliknya, lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu (peserta didik);
2)        Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu (peserta didik) yang kesemuanya menjadi perhatian dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
c.         Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan program layanan, yaitu :
1)        Bimbingan merupakan bagian integral dariupaya pendidikan dan pengembangan individu (peserta didik). Oleh karena itu, program bimbingan harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik;
2)        Program bimbingan harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu (peserta didik), masyarakat dan kondisilembaga;
3)        Program bimbingan disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampaitertinggi;
4)        Terhadap isidan pelaksanaan program bimbingan perlu diadakan penilaian yang teratur dan terarah.
d.        Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan tujuan dan pelaksanaan layanan, yaitu :
1)        Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu (peserta didik) yang pada akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya;
2)        Dalam proses bimbingan keputusan yang diambil dan akan dilakukan individu (peserta didik) hendaknya atas kemauan individu (peserta didik) itu sendiri, bukan karena kemauan atau desakan daripembimbing (guru) atau pihak lain;
3)        Permasalahan individu (peserta didik) harus ditanganioleh tenaga ahlidalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi;
4)        Kerja sama antara guru dan pembimbing, guru bidang studi, staf sekolah dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan bimbingan;
5)        Pengembangan program bimbingan ditempuh melaluipemanfaatan yang maksimal darihasil pengukuran dan penilaian terhadap individu (peserta didik) yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan itu sendiri.
Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling menurut Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada Jalur Pendidikan Formal. Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagaifundasiatau landasan bagipelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagipemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik diMI/SD maupun diluar MI/SD. Prinsip-prinsip itu adalah sebagaiberikut.
1.    Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua peserta didik (peserta didik ). Prinsip iniberartibahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta didik (murid), baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan daripada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan (individual).
2.    Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap peserta didik bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melaluibimbingan peserta didik dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah peserta didik, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3.    Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada peserta didik yang memilikipersepsiyang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagaisatu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap dirisendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4.    Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
5.    Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyaiperanan untuk memberikan informasidan nasihat kepada peserta didik, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan peserta didik diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi peserta didik untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
6.    Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung diSekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multiaspek, yaitu meliputiaspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling diMI menurut Dinkmeyer dan Caldwell (1970:4-5) adalah:
a.    Bimbingan dan konseling diMI lebih menekankan akan pentingnya peranan guru dalam fungsibimbingan. Dengan sistem guru kelas, guru lebih memilikibanyak waktu untuk mengenal murid lebih mendalam, sehingga memiliki peluang untuk menjalin hubungan yang lebih efektif.
b.    Fokus bimbingan dan konseling diMI lebih menekankan pada pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dan kemampuan berhubungan secara efektif dengan orang lain.
c.    Bimbingan dan konseling diMI lebih banyak melibatkan orang tua, mengingat pentingnya pengaruh orang tua dalam kehidupan peserta didik selama diMI.
d.   Bimbingan dan konseling diMI hendaknya memahamikehidupan peserta didik secara unik
e.    Program bimbingan dan konseling diMI hendaknya peduliterhadap kebutuhan dasar peserta didik, sepertikebutuhan untuk matang dalam penerimaan dan pemahaman diri, serta memahamikeunggulan dan kelemahan dirinya.
f.     Program bimbingan dan konseling diMI hendaknya meyakinibahwa masa usia sekolah dasar merupakan tahapan yang amat penting dalam perkembangan peserta didik.
Muro dan Kottman mengkaji perbedaan bimbingan dan konseling di MI dari sudut karakteristik peserta didik termasuk beberapa keterbatasannya, teknik pemberian layanan, dan jenis pemberian layanan. Menurut Muro dan Kottman (1995:53-54) terdapat enam perbedaan penting yang harus dipertimbangkan guru dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling diMI, yaitu:
a.    Guru memandang bahwa murid belum memiliki keajegan. Oleh karena itu, guru belum dapat menciptakan lingkungan belajar secara permanen.
b.    Beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling tidak langsung kepada peserta didik, melainkan diluncurkan melaluiguru, orang tua, dan orang dewasa lainnya.
c.    Kesempatan peserta didik untuk melakukan pilihan masih terbatas.
d.   Peserta didik MI memiliki keterbatasan dalam menerima tanggung jawab dirinya (self-responsibility).
e.    Pengembangan program bimbingan dan konseling hendaknya berawal darikonsep dasar bimbingan dan konseling, terutama kepedulian untuk memberikan bantuan kepada peserta didik sebagai pembelajar.
f.     Layanan bimbingan dan konseling diMI kurang menekankan pada penyimpanan data, testing, perencanaan pendidikan, pendekatan yang berorientasipada pemecahan masalah, dan konseling atau terapiindividual.
Mencermatikarakteristik bimbingan dan konseling diMI, tergambar bahwa intervensilayanan bimbingan dan konseling diMI/SD lebih banyak dilakukuan melaluiorang-orang yang berarti dalam kehidupan peserta didik seperti orang tua dan guru. Kerjasama guru dengan orang tua akan berpengaruh terhadap keberhasilan murid. Oleh karena itu, guru MI memilikiperanan strategis dalam peluncuran layanan bimbingan.

0 comments:

Post a Comment