Dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan, terdapat beberapa prinsip bimbingan sebagaipijakan
bertindak. Paryitno (l998 : 27) menjabarkan prinsip pelaksanaan bimbingan
berkaitan dengan sasaran layanan, permasalahan individu, program layanan,
tujuan dan pelaksanaan adalah sebagaiberikut ini:
a.
Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan sasaran layanan,
yaitu :
1)
Bimbingan melayanisemua individu (peserta didik) tanpa membedakan
umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi;
2)
Bimbingan berurusan dengan pribadidan tingkah laku yang unik dan
dinamis;
3)
Bimbingan memberikan perhatian sepenuhnya tahapan dan aspek
perkembangan individu (peserta didik);
4)
Bimbingan memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu
(peserta didik) yang menjadi orientasi pokok pelayanan.
b.
Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan permasalahan individu (peserta
didik), yaitu :
1)
Bimbingan berkaitan dengan sesuatu yang menyangkut pengaruh
kondisimental/ sehat individu terhadap penyesuaian dirinya baik dirumah,
sekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, juga pengaruh
sebaliknya, lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu (peserta
didik);
2)
Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu (peserta didik) yang kesemuanya menjadi
perhatian dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
c.
Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan program layanan, yaitu
:
1)
Bimbingan merupakan bagian integral dariupaya pendidikan dan
pengembangan individu (peserta didik). Oleh karena itu, program bimbingan harus
diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta
didik;
2)
Program bimbingan harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan
individu (peserta didik), masyarakat dan kondisilembaga;
3)
Program bimbingan disusun secara berkelanjutan dari jenjang
pendidikan yang terendah sampaitertinggi;
4)
Terhadap isidan pelaksanaan program bimbingan perlu diadakan
penilaian yang teratur dan terarah.
d.
Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan tujuan dan pelaksanaan
layanan, yaitu :
1)
Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan
individu (peserta didik) yang pada akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi permasalahannya;
2)
Dalam proses bimbingan keputusan yang diambil dan akan dilakukan
individu (peserta didik) hendaknya atas kemauan individu (peserta didik) itu
sendiri, bukan karena kemauan atau desakan daripembimbing (guru) atau pihak lain;
3)
Permasalahan individu (peserta didik) harus ditanganioleh tenaga
ahlidalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi;
4)
Kerja sama antara guru dan pembimbing, guru bidang studi, staf
sekolah dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan bimbingan;
5)
Pengembangan program bimbingan ditempuh melaluipemanfaatan yang
maksimal darihasil pengukuran dan penilaian terhadap individu (peserta didik)
yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan itu sendiri.
Prinsip-prinsip
Bimbingan dan Konseling menurut Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling pada Jalur Pendidikan Formal. Terdapat beberapa prinsip dasar yang
dipandang sebagaifundasiatau landasan bagipelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip
ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar
bagipemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik diMI/SD maupun diluar
MI/SD. Prinsip-prinsip itu adalah sebagaiberikut.
1.
Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua peserta didik
(peserta didik ). Prinsip iniberartibahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta
didik (murid), baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria
maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan
yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan
daripada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada
perseorangan (individual).
2.
Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap peserta
didik bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melaluibimbingan peserta
didik dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip
ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah peserta didik,
meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3.
Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan
masih ada peserta didik yang memilikipersepsiyang negatif terhadap bimbingan,
karena bimbingan dipandang sebagaisatu cara yang menekan aspirasi. Sangat
berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses
bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan
cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap dirisendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4.
Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya
tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja
sebagai teamwork.
5.
Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan
dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyaiperanan untuk
memberikan informasidan nasihat kepada peserta didik, yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan peserta didik diarahkan
oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi peserta didik untuk
memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat
bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama
bimbingan adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan
masalahnya dan mengambil keputusan.
6.
Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)
Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung
diSekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri,
lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang
pelayanan bimbingan pun bersifat multiaspek, yaitu meliputiaspek pribadi,
sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
Beberapa faktor
penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling diMI menurut Dinkmeyer dan Caldwell (1970:4-5) adalah:
a.
Bimbingan dan konseling diMI lebih menekankan akan pentingnya
peranan guru dalam fungsibimbingan. Dengan sistem guru kelas, guru lebih
memilikibanyak waktu untuk mengenal murid lebih mendalam, sehingga memiliki
peluang untuk menjalin hubungan yang lebih efektif.
b.
Fokus bimbingan dan konseling diMI lebih menekankan pada
pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dan kemampuan berhubungan
secara efektif dengan orang lain.
c.
Bimbingan dan konseling diMI lebih banyak melibatkan orang tua,
mengingat pentingnya pengaruh orang tua dalam kehidupan peserta didik selama
diMI.
d.
Bimbingan dan konseling diMI hendaknya memahamikehidupan peserta
didik secara unik
e.
Program bimbingan dan konseling diMI hendaknya peduliterhadap
kebutuhan dasar peserta didik, sepertikebutuhan untuk matang dalam penerimaan
dan pemahaman diri, serta memahamikeunggulan dan kelemahan dirinya.
f.
Program bimbingan dan konseling diMI hendaknya meyakinibahwa masa
usia sekolah dasar merupakan tahapan yang amat penting dalam perkembangan
peserta didik.
Muro dan Kottman
mengkaji perbedaan bimbingan dan konseling di MI dari sudut karakteristik
peserta didik termasuk beberapa keterbatasannya, teknik pemberian layanan, dan
jenis pemberian layanan. Menurut Muro dan Kottman (1995:53-54) terdapat enam
perbedaan penting yang harus dipertimbangkan guru dalam mengembangkan program
bimbingan dan konseling diMI, yaitu:
a.
Guru memandang bahwa murid belum memiliki keajegan. Oleh karena
itu, guru belum dapat menciptakan lingkungan belajar secara permanen.
b.
Beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling tidak langsung
kepada peserta didik, melainkan diluncurkan melaluiguru, orang tua, dan orang
dewasa lainnya.
c.
Kesempatan peserta didik untuk melakukan pilihan masih terbatas.
d.
Peserta didik MI memiliki keterbatasan dalam menerima tanggung
jawab dirinya (self-responsibility).
e.
Pengembangan program bimbingan dan konseling hendaknya berawal
darikonsep dasar bimbingan dan konseling, terutama kepedulian untuk memberikan
bantuan kepada peserta didik sebagai pembelajar.
f.
Layanan bimbingan dan konseling diMI kurang menekankan pada
penyimpanan data, testing, perencanaan pendidikan, pendekatan yang
berorientasipada pemecahan masalah, dan konseling atau terapiindividual.
Mencermatikarakteristik
bimbingan dan konseling diMI, tergambar bahwa intervensilayanan bimbingan dan
konseling diMI/SD lebih banyak dilakukuan melaluiorang-orang yang berarti dalam
kehidupan peserta didik seperti orang tua dan guru. Kerjasama guru dengan orang
tua akan berpengaruh terhadap keberhasilan murid. Oleh karena itu, guru MI
memilikiperanan strategis dalam peluncuran layanan bimbingan.
0 comments:
Post a Comment