Powered by Blogger.
Home » » PTBK ( Action Research of Guidance and Councelling )

PTBK ( Action Research of Guidance and Councelling )

Written By Unknown on Thursday 4 August 2016 | 10:57:00

MENINGKATKAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DENGAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN
TEKNIK PERMAINAN
oleh : Qomari

ABSTRAK
        Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi pada siswa melalui bimbingan kelompok teknik permainan komunikasi. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (actionresearch). Subyek pada penelitian ini adalah 15 siswa kelas VIII. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus berisi 2 tindakan dengan menggunakan permainan yang selalu berbeda untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam meningkatkan keterampilan komunikasi siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala keterampilan komunikasi, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik permainan komunikasi dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa. 
             Hal ini dapat diketahui dengan dilaksanakannya 2 siklus, dengan 2 tindakan dimasing-masing siklus. Peningkatan ini juga didukung oleh kenaikan skor rata-rata keterampilan komunikasi pada siswa. Dari uji pretest diketahui bahwa sebelum tindakan skor siswa berada pada kategori sedang. Setelah dilakukan tindakan dan dilakukan posttest skor siswa berada pada kategori tinggi. Dari hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan antara sebelum dan setelah tindakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan permainan komunikasi dapat meningkatkan keterampilan komunikasi pada siswa.

PENDAHULUAN
           Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan orang lain. Manusia ialah makhluk sosial, yaitu saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hubungan sosialnya manusia tidak bisa terlepas dari komunikasi, oleh karena itulah komunikasi merupakan suatu usaha yang dilakukan setiap individu untuk menjalin hubungan dengan orang lain, tetapi dengan komunikasi pula kita bisa menyuburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, menanamkan kebencian dan sebagainya.
           Manusia berkomunikasi karena memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan, ingin terlibat dalam proses yang relative tetap dan ingin menciptakan hubungan baru, setiap melakukan komunikasi bukan hanya menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan tingkat hubungan interpersonal. Mulyana (2011) menegaskan bahwa orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Manusia yang tidak berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran karena melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, tetapi juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Supratiknya (2009) berpendapat bahwa salah satu faktor yang menjadi penghambat dalam hubungan antar pribadi yang intim adalah kesulitan mengkomunikasikan perasaan secara efektif. Aneka masalah dalam komunikasi muncul bukan karena perasaan yang kita alami sendiri, melainkan kita gagal mengkomunikasikannya secara efektif. Kesulitan mengkomunikasikan perasaan secara efektif, dapat dialami oleh setiap orang termasuk juga dialami oleh para siswa khususnya siswa SMP. Siswa SMP umumnya berkisar antara 12-15 tahun dimana usia tersebut menurut Nurihsan & Agustin (2011) berada pada tahap remaja awal. Pada masa remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Remaja mencari bantuan emosional di dalam kelompoknya karena ikatan dengan orangtua menjadi longgar.
             Mengingat begitu pentingnya keterampilan komunikasi interpersonal bagi siswa dalam upaya
meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain serta prestasi akademik dan non akademik siswa, dalam hal ini siswa yang memiliki tingkat keterampilan komunikasi interpersonal rendah perlu mendapat bantuan untuk menunjang hubungan yang berkualitas dengan orang lain. Sebagai upaya dalam membina sebuah hubungan sosial dan menjalin suatu komunikasidapat dilakukan dengan cara yang menarik supaya anak-anak yang pasifdalam pergaulan di kelasnya juga bisa ikut berkembang.             Berdasar kajian literatur di dalam bimbingan konseling ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal yaitu melalui bimbingan kelompok, sosiodrama, bimbingan klasikal, media bimbingan (poster, papan bimbingan, booklet, leaflet). Dari beberapa metode di atas, layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang dipandang paling tepat digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal. Menurut Nurihsan (2006) layanan bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok, dimana layanan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas.
              Layanan bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat membahas topik atau permasalahan siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Melalui dinamika kelompok ini, memungkinkan setiap anggota kelompok untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, pemahaman diri, pemahaman lingkungan, sikap dan atau keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah-masalah dalam upaya pengembangan pribadi. Bimbingan kelompok mempunyai manfaat besar bagi individu, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan untuk menggali dan mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki individu. Bimbingan kelompok sangat tepat bagi remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, perasaan, permasalahan, melepas keragu-raguan diri, dan pada kenyataanya mereka akan senang berbagi pengalaman dan keluhan-keluhan pada teman sebayanya. 
           Dalam kegiatan kelompok, konseli dapat menyadari bahwa dia bukan satu-satunya orang yang memiliki masalah atau kesulitan. Konseli dapat menyadari pula bahwa kadang-kadang kesulitan orang lain bahkan lebih berat daripada kesulitannya sendiri. Pemberian layanan bimbingan kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal, akan berhasil dan menarik untuk diikuti oleh para siswa jika dikemas dengan metode permainan karena permainan merupakan bagian yang mudah diterima dalam kehidupan anak sekarang. Bermain memiliki andil yang sangat besar terhadap perkembangan anak.
            Winkel (2009) mengemukakan bahwa permainan dan simulasi yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa dapat membangkitkan motivasi intrinsik, minat, dan pendalaman atau penghayatan afektif. Schaefer (2003) di dalam bukunya Play Therapy With Adult menguraikan ada beberapa teknik permainan yang disesuaikan dengan permasalahan yang dialami konseli dalam play therapynya, yaitu (1) dramatic role play dengan drama therapy, psychodrama, improvisational paly in
couples therapy; (2) therapeutic humor dengan jenis therapeutic humor mith depressed and suisidal elderly; (3) sandplay dengan konseli yang salah satunya adalah play groups using with adult. Dari beberapa teknik permainan di atas maka play groups using with adult dipandang paling tepat digunakan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal, karena fungsi kebersamaan dalam kelompok khususnya bermain, membangun kepribadian yang lebih manusiawi, membentuk konteks sosial melalui minat sosial, membawa kepada kebutuhan yang inheren dan mendorong untuk saling memiliki, terhindar dari isolasi, membangun kerjasama dan untuk mengurangi permasalahan hubungan interpersonal. Oleh karena itu sangat tepat jika dalam meningkatkan keterampilan komunukasi diberikan melalui layanan bimbingan kelompok yang dikemas dalam bentuk permainan. Rumusan penelitian ini yaitu apakah dengan layanan bimbingan kelompok teknik permainan komunikasi dapat meningkatkan ketrampilan komunikasi intepersonal siswa?. Sedangkan tujuan dalam dalam penelitian ini untuk mengetahui layanan bimbingan kelompok denganpermainan komunikasi dapat meningkatkan ketrampilan komunikasi intepersonal.

METODE PENELITIAN
       Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garisbesar terdapat 4
tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan,dan (4) Refleksi.Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2014 bertempat di SMP N 1 Minggir Kabupaten Sleman dengan subjek penelitian yaitu 15 siswa kelas VIII.A.
      Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, angket, dan observasi yang selanjutnya dilakukan triangulasi teknik dimana untuk menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Dalam menganalisis data penelitian tindakan bimbingan dan konseling, peneliti membandingkan antara data yang diperoleh pada saat kondisi awal sebelum diadakan tindakan, dibandingkan dengan data yang diperoleh setelah melalui tindakan pada siklus pertama dengan melalui tindakan pada siklus kedua, disebut juga dengan menggunakan tindakan deskriptif kuantitatif dan analisis observasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
          Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada kondisi awal sebelum penelitian, ketrampilan komunikasi interpersonal siswa pada subyek penelitian 15 siswa dapat dilihat sebagai berikut:
            Penyebab siswa yang kurang memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal yaitu kurangnya motivasi dari guru BK dalam bentuk layanan peningkatan ketrampilan komunikasi dan pesatnya perkembangan teknologi yang membuat siswa makin individualis.

Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Tindakan pada siklus I direncanakan selama tiga pertemuan.Pertemuan dilakukan di halaman sekolah dan dilaksanakan pada sore hari sepulang sekolah. Pertemuan pertama untuk menyusun jadwal pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan komunikasi yaitu permainan gang plank tentang komunikasi berantai. Pertemuan kedua melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan komunikasidan pertemuan ketiga membahas evaluasi dan tindak lanjut mengenai hasil yang dicapai.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I diantaranya: a) Peneliti menjelaskan tujuan dan tata cara pelaksanaan teknik permainan komunikasi. Tujuan teknik permainan komunikasiyaitu agar siswa mampu melakukan komunikasi secara berantai; b) Mengelompokkan siswa yang akan dijadikan obyek penelitian yaitu dikelompokkan menjadi 3 kelompok dari 15 siswa; c) Subyek melaksanakan layanan bimbingan kelompok sesuai dengan tahapan layanan bimbingan kelompok yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap penyimpulan dan tahap penutupan. Pada tahap kegiatan disisipkan melakukan kegiatan permainan komunikasiyang materinya permainannya adalah gang plank; d)
3. Observasi
Observer melakukan pengamatan dalam permianan komunikasi yaitu observer mengamati siswa dalam memainkan permainan dan melihat bagaimana komunikasi interpersonal siswa dalam mengikuti permainan..
4. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan menggunakan hasil observasi dan menggunakan wawancara kepada siswa. Berdasar hasil pengamatan dan wawancara kepada siswa, catatan peneliti dan observasi pengamat diperoleh sebagai berikut:
       a. Kelemahan Peneliti, yaitu: konselor masih kurang dalammemberikan penjelasan permainan                 pada siswa.
        b. Hambatan yang dihadapi peneliti, Siswa masih malu-malu sehingga permainan kurang maksi-
            mal dan peserta cenderung bersikap individualis dan tidak peka terhadap teman lain.
        c. Rencana perbaikan, peneliti merencanakan kembali melaksanakan bimbingan kelompok tek-
            nik permainan komunikasi dengan mencari permainan yang memungkinkan siswa utuk memi-
            liki kebutuhan pada teman yang lainnya

Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Pertemuan siklus II direncanakan 3 kali pertemuan dan kegiatan layanan bimbingan kelompok dilakukan pada sore hari hari. Rencana tindakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, hanya ada perbedaan yaitu jenis permainan komunikasi yang berbeda dengan siklus I yaitu pada pelaksanaan permainan permainaan komunikasi siswa diberikan kebebasan menentukan kelompok mana yang ia akan ikuti sehingga siswa semangat dalam melaksanan kegiatan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan realisasi dari rencana yang sudah disusun dan dapat dilakukan dengan baik sesuai rencana, seperti halnya: peneliti menjelaskan tujuan dan tata cara pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan komunikasi dengan judul “MataGelap”, mengelompokkan siswa yang akan dijadikan kelompok menjadi 3 kelompok, siswa melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan
3. Observasi
Di dalam hasil dari pengamatan jika pada siklus I masih dijumpai anak yang masih belum bisa berkomunikasi interpeesonal secara baik dan kurang aktif dalam kegiatan, pada siklus II ini sudah tidak ada. Dari hasil pengamatan siswa, siswa sudah antusias dan mulai terbiasa berkomunikasi dalam permainan dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok secara keseluruhan. Siswa yang dulunya masih canggung dan masih bersikap seenaknya sendiri tanpa melihat lingkungan, sekarang sudah tidak tampak lagi pada siklus ke 2.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan menggunakan hasil observasi dan menggunakan wawancara kepada siswa. Berdasar hasil pengamatan dan wawancara kepada siswa, catatan peneliti dan observasi pengamat diperoleh yaitu peneliti mampu memotivasi siswa agar mampu berkomunikasi interpersonal, permainan yang diberikan menjadi menarik karena permainannya lebih menyenangkan dan seru, dan anggota kelompok dengan adanya diskusi kelompok antar anggota menjadi semangat dan termotivasi dalam melakukan kegiatan.

SIMPULAN
      Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan komunikasi dapat meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Dari penelitian siklus I, Dari hasil pengamatan ini masih ada beberapa siswa yang belum mampu berkomunikasi intepersonal masih ada kecenderunag individualis. Maka pada pelaksanaan siklus II diadakan beberapa perubahan diantaranya (1) permainan yang akan diberikan, yaitu diberikan permainan mata gelap, (2) pada teknik permainan komunikasi, teknik permainan komunikasi dengan mencari permainan yang memungkinkan siswa untuk memiliki kebutuhan pada teman yang lainnya. Dari berbagai perubahan tersebut, pada siklus II dari hasil pengamatan terdapat peningkatan yang sangat signifikan komunikasi interpersonal siswa.


DAFTAR PUSTAKA
- Achmad Juntika Nurihsan ,2006. Bimbingan Dan Konseling, Bandung: Refika Aditama
- Arikunto, Suharsimi. 2009. Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
- Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja.
- Nurihsan, Ahmad Juntika & Mubiar Agustin. (2011). Dinamika Perkembangan. Anak dan Remaja.
  Bandung: Refika Aditama
- Schaefer, Charles.(2003). Play Therapy With Adults.Canada: John Wileys &Sons Inc
- Supratiknya.(2009).KomunikasiAntarpribadi.Yogyakarta:Kanisius.
- Winkel. WS. 2009. Psikologi Pengajaran. Media Abadi: Yogyakarta

0 comments:

Post a Comment